Pages

Kamis, 21 April 2022

3.1.a.9. Koneksi Antar Materi – Pengambilan Keputusan

Koneksi Antar Materi – Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh : Hasrudin, S.Pd., Gr / CGP Angkatan 4 Kab. Konawe Selatan

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? 

Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani, saya yakin kita semua familiar dengan semboyan tersebut. Kita mengenalnya dengan istilah Pratap Triloka, sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat atau populer dengan sebutan Ki Hadjar Dewantara. Beliau merupakan pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia, yaitu Taman Siswa. Pratap Triloka tersebut, memiliki makna, “dari depan memberi teladan”, “dari tengah membangun kemauan”, “dari belakang memberikan dukungan”. 

Dari uraian di atas, maka sebagai pendidik, hendaknya kita menjadi pemimpin pembelajaran. Setiap keputusan-keputusan yang diambil oleh guru, akan berdampak terhadap tumbuh kembang murid. Tugas guru terhadap murid adalah selalu hadir untuk murid di berbagai situasi dan kondisi (“depan”, “tengah”, “belakang”). Apapun yang kita putuskan adalah demi murid, bepihak pada murid dan untuk kepentingan murid. Jadi tugas guru hendaknya menuntun segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dengan rasa kebahagiaan dan bertumbuh kembang dengan selamat. Murid bertumbuh kembang secara merdeka sesuai kodratnya, sehingga selamat dari pengaruh tidak baik selama proses tumbuh kembangnya. 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 

Dalam menjalani kehidupan, kita akan selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang membutuhkan serangkaian keputusan-keputusan. Dibutuhkan pilihan keputusan yang tepat dan efektif, guna menciptakan kebahagiaan dan keselamatan. Tentunya untuk menghasilkan keputusan yang tepat diperlukan serangkaian proses dan tahapan yang berlandaskan paradigma dan prinsip. Di sinilah diperlukan nilai-nilai kebajikan yang menjadi dasar dalam menentukan sebuah keputusan yang tepat dan efektif. Karena dengan nilai-nilai kebajikan kita dapat membedakan benar dan salah. karena pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa, sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak terhadap sesuatu yang dihadapinya. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Misalnya, di Pendididikan Guru Penggerak. Calon Guru Penggerak diharapkan selalu berpegang teguh kepada nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Sehingga keputusan-keputusan yang dihasilkan nantinya merupakan keputusan yang paling tepat dan efektif guna mewujudkan merdeka belajar. 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. 

Dalam proses pengambilan keputusan, selain melakukan pengujian paradigma, prinsip resolusi, serta menjalankan langkah-langkah pengambilan keputusan, perlu juga ditopang dengan keterampilan lain. Keterampilan yang telah dipelajari pada modul-modul sebelumnya akan sangat membantu, salahsatunya keterampilan coaching. Dengan tehnik coaching, seorang guru akan menjadi coach bagi dirinya sendiri dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut tentu akan muncul, dan akan bisa kita jawab melalui refleksi atau umpan balik. Semakin tepat dalam mengambil keputusan maka pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mendapatkan jawaban positif. 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan? 

Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Hal-hal tersebut telah didapatkan di modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional, sehingga pada prosesnya membantu saya memperkaya petimbangan dan dasar pengambilan keputusan. Dengan demikian keputusan yang diambil diharapkan merupakan keputusan terbaik yang bisa diambil. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi atau resiko dari keputusan yang diambil. Karena pada hakekatnya akan sangat sulit menghasilkan keputusan yang bisa memuaskan semua pihak. Setelah keputusan diambil saya bisa melihat kembali keputusan tersebut dan melakukan refleksi. Apakah keputusan tersebut sudah berlandaskan kepada nilai-nilai kebajikan universal? Apakah keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan? dan sebagai pemimpin pembelajaran, apakah keputusan yang saya ambil sudah berpihak kepada murid? Apa dampak positif dan negatif dari keputusan yang saya ambil? dan seterusnya. 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. 

Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa, sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak terhadap sesuatu yang dihadapinya. Untuk itulah di sini sangat penting si pengambil keputusan mampu menganalisis permasalahan, apakah pilihan-pilihan yang dihadapinya merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Pada beberapa studi kasus yang dihadapi, maka keputusan yang diambil akan mempresentasikan nilai-nilai yang dianutnya. Dengan demikian, penting kiranya sebagai pendidik kita memegang teguh nilai-nilai kebajikan yang sekiranya menumbuhkan budaya positif di sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus memegang teguh pada nilai-nilai yang sekiranya dapat mewujudkan merdeka belajar, misalkan nilai-nilai mandiri, inovatif, kolaboratif, dan reflektif. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil akan segaris lurus dengan tujuan yang ingin dicapai. 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 

Apapun yang kita putuskan akan selalu berdampak, baik bagi diri sendiri, maupun orang lain. Untuk itulah diperlukan pengambilan keputusan yang tepat. Dalam menghasilkan keputusan yang tepat tentu harus melalui cara yang tepat. Diperlukan serangkaian proses dan tahapan yang tepat. Pengambilan keputusan haruslah memiliki landasan atau dasar, dan dalam prosesnya haruslah melalui serangkaian langkah-langkah yang tersetruktur sistematis dan teruji, berlandaskan paradigma dan prinsip. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, tidak hanya berfokus kepada tehnik atau cara, tapi harus didukung dengan aspek lainnya, seperti pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta pengalaman. Aspek sosial emosional juga menjadi aspek yang sangat penting untuk menghasilkan keputusan yang tepat, sehingga menghasilkan dampak terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Perbedaan sudut pandang ketika memutuskan pilihan benar lawan benar (dilema) adalah sebuah tantangan tersendiri. Diperlukan sikap kreatif, inovatif dan terbuka untuk menciptakan alternatif-alternatif pilihan baru (trilema) sehingga tercipta win-win atau jalan tengah. Pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian adalah salah satu cara alternatif untuk menciptakan keputusan terbaik sehingga tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda? 

Kesulitan-kesulitan di lingkungan saya yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika menurut saya adalah budaya sosial kemasyarakatan. Hal tersebut saya rasakan berpengaruh kepada nilai-nilai yang diambil dalam pengambilan keputusan. Misalkan di daerah saya sangat kental dengan budaya yang menjungjung nilai kesetiaan, maka dalam paradigma dan prinsip yang diambil dalam pengambilan keputusan akan mengacu kepada nilai tersebut. Hal ini tentu akan menciptakan subjektifitas dalam menilai permasalahan dan mengaburkan nilai-nilai yang lain. 

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? 

Sebagai pemimpin pembelajaran, apapun yang kita putuskan akan berdampak pada murid. Untuk itulah dibutuhkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Ketika kita mengambil sebuah keputusan yang tepat, yang berpihak pada murid maka kebutuhan-kebutuhan murid akan terpenuhi, sehingga tercipta murid yang bahagia dan selamat, merdeka dalam belajar. Keterampilan dalam proses coaching dan kompetensi sosial emosional akan membantu mewujudkannya. 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? 

Ketika kita mengambil sebuah keputusan yang berpihak pada murid maka kebutuhan-kebutuhan murid akan terpenuhi. Murid akan bertumbuh kembang sesuai kodratnya. Segala potensinya akan tergali, murid akan bahagia dan selamat. Murid yang bahagia dan selamat akan menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas saat dewasa kelak. 

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? 

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, yang terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya adalah bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang merdeka belajar, perlu ditopang oleh berbagai aspek. Dalam melaksanakan proses pendidikan, guru haruslah berperan sebagai pemimpin pembelajaran. Setiap keputusan-keputusan yang diambil guru, senantiasa dalam rangka memahami dan menuntun murid untuk memenuhi kebutuhannya dalam belajar. Dalam prosesnya, serangkaian keputusan-keputusan tersebut haruslah dapat menggali potensi murid. Coaching menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan keputusan-keputusan yang berpihak pada murid. Selain itu untuk menciptakan keputusan-keputusan yang tepat serta dapat memahami dan menuntun muridnya seorang guru harus memiliki kemampuan mengelola kompetensi sosial dan emosional.

Salam dan Bahagia #Gurubergerak #Indonesiamaju

4 komentar:

  1. Nilai nilai kebajikan yang ada dalam diri seorang pendidik dapat menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekolah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nilai-nilai kebajikan dapat ditumbuhkan melalui pembiasaan positif di sekolah dan lingkungan sekitar. budaya positif dapat dimulai dari guru itu sendiri sebagai teladan bagi murid serta melakukan kegiatan yang dapat mendorong tumbuh kembang anak secara holistik dan me.mberikan pembelajaran yang berpihak kepada murid

      Hapus
  2. Mantap kasusnya tapi bagaimana daerah pesisir pantai orang tua cuma sebagian yang peduli dengan pendidikan bagi anak anak nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekolah bisa melakukan kolaborasi dengan orang tua siswa atau komite sekolah serta pemerintah setempat untuk melakukan sosialisasi terkait pentingnya pendidikan untuk masa depan anak serta memberikan pemahaman dan penguatan kepada orang tua siswa agar selalu mendukung dan mengawasi anaknya dalam mengikuti pembelajaran sehingga bakat yang dimiliki anak dapat tumbuh sesuai kodrat alam dan kodrat zaman untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

      Hapus